Jin termasuk mahluk dari ruang dimensi
keempat. Menurut Gazman (1809-1877), mahluk dalam ruang dimensi keempat memberi
kesempatan kepada kita untuk dipelajari dan dimengerti, sehingga dapat diketahui
sifat-sifatnya, walaupun mereka itu tidak dapat dilihat dengan mata sewajarnya.
Jin itu dapat menembus badan kita seperti
halnya cahaya menembus hablur untuk menimbulkan kesejahteraan atau malapetaka,
kesehatan atau kematian kepada kita dengan tidak kita ketahui atau perdulikan.
(Maeterlinck-Het leven der ruinte).
Mahluk dari ruang dimensi ke-empat membantu
para ahli telepati, hipnotis, magnetis, menghadirkan roh (spritualisme) dan melakukan
hal-hal yang luar biasa, walaupun mereka sendiri tidak mengerti dan tidak disadarinya.
(Hinto-Protectif Magis).
Noum berarti tipuan dari mahluk-mahluk ruang
dimensi keempat yang melepaskan getaran-getaran bio-elektrisitas kepada medium.
Dalam diri si medium timbul gejala-gejala, gejala-gejala ini ada yang berbentuk
dan ada pula yang hanya dalam pandangan mata.
Dalam noum itu mempengaruhi pula pangkal syaraf
pndangan dan ingatan dalam otak bagian belakang, hingga timbul khayalan-khayalan.
Dengan noumisasi, noum itu dapat bermaterialisasi sampai dapat terlihat dan terpegang
oleh orang-orang tertentu (yang mempunyai kekuatan daya sandi). Bentuk noum itupun
berubah sesuai dengan sugesti medium dan sugesti pelaku.
Didalam masyarakat sering terjadi noumisasi
itu seperti; bila kita yakin akan adanya mahluk jadi-jadian, maka mahluk ruang
dimensi keempat membentuk noum dengan daya getarannya, maka ada beberapa orang
yang menyaksikan harimau jadi-jadian tersebut. Maka yang kelihatan adalah noum
yang bermaterialisasi.
Dalam hutan umpamanya, kita bersua dengan
raksasa yang menakutkan, raksasa itu kita lawan, kita bunuh, raksasa menghilang
dan keesokan harinya kedapatanlah bangkai katak. Katak itulah yang dijadikan noum
oleh mahluk dari ruang dimensi ke-empat. Si A bergumul dengan jin, jin itu kalah,
ketika itu terpeganglah sejenis belalang, ketika belalang itu dilepaskan ia menghilang,
belalang itupun merupakan noum dari mahluk ruang dimensi ke-empat. (Marmarbella-Jenisme
234).
Hubungan apakah yang ada antara manusia
dan jin ?
Hingga kini masih terdapat sisa-sisa kepercayaan
orang dimasa lampau bahkan sering kita melihat upacara-upacara dikalangan orang
yang beragama yang berbau takhayul dan khurafat yang ada sangkut pautnya dengan
mahluk halus atau jin. Upacara penanaman kepala kerbau di tepi jembatan yang baru
selesai dibangun, agar mahluk halus yang menetap disitu tidak meminta korban manusia;
batu besar atau besarnya air sungai adakalanya dipandang angker, karena disitu
ada mahluk halus yang gagah dan berkuasa.
Dan adapula yang mengatakan bahwa mahluk halus
bisa memindahkan tubuh manusia, maka beromong dan bergerak lepas dari kemauan
dan kehendak dirinya, dan mahluk halus dapat diminta bantuan atau pertolongannya.
Untuk kepercayaan seperti itu ada bacaan-bacaan, beberapa isim atau jimat, yang
dengannya dapat mencegah kejahatan mahluk halus atau yang dinamakan jin. Kedua
pendapat atau kepercayaan itu sudah ada sejak jaman jahiliyyah dan sebagai hasil
pemikiran atau faham manusia.
Yang Dibawa Oleh Rasul
Berdasarkan kitab yang diturunkan Allah,
diantaranya Al Qur'an menyatakan adanya 'tsaqalain', yakni manusia dan jin. Jin
adalah mahluk halus yang tidak dapat dilihat. Malaikat dan syetan termasuk golongan
jin, sebab tidak dapat dilihat. Jannah artinya kebun. Janin artinya bayi dalam
perut. Majnun artinya gila, itu adalah serumpun kata-kata jin. Sebab kebun terhalang
dengan banyaknya pohon-pohonan; janin terhalang dari penglihatan karena adanya
didalam rahim; dan yang gila otaknya itu terhalang.
Didalam Al Qur'an diterangkan bahwa mereka
itu tidak lepas dari pertanggungan jawab tugas dan tuntutan. Firman Allah :
"Wahai golongan jin dan manusia bukanlah
telah datang kepada kamu utusan-utusan dari antara kamu, yang menerangkan ayat-ayatKu
dan memeperingatkan kamu tentang pertemuan hari ini (Qiamat) ?" (Q-S.Al An'am
13).
Dalam ayat diatas termaksud jelas manusia
dan jin mempunyai tanggung jawab atas segala perbuatan dan segala usahanya, telah
diberi peringatan dan telah diberi tuntunan.
Firman Allah :
"Wahai golongan jin dan manusia, bila
kalian bisa menembus penjuru-penjuru ruang angkasa dan bumi silahkan tembus. Kalian
tidak akan dapat menembusnya kecuali dengan kekuasaanNya".
Jin tidak dapat diistimewakan, hingga dapat
pergi sekehendak hatinya, tidak memerlukan ilmu dan alat, dan segala perlengkapan
yang diperlukan. Jin dan manusia sama, keduanya akan dituntut, dihisab, diselesaikan
pada hari pembalasan hasil dari amal baik dan buruknya.
"Yaghrughu lakum ayyuhas tsaqulain"
= kamu akan bertindak menyelesaikan (urusan kalian) wahai jin dan manusia.
Dan khusus untuk malaikat: "iaja'shuna'illaha
ma amarohum wa yaf'aluna ma jumarun" = mereka tidak mashiyat kepada Allah,
dan mereka kerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka.
Malaikatpun tidak luput dari tugas, dan mereka
taat dan tunduk, karena dalam Al-Qur'an diterangkan bahwa jin itu ada, tetapi
tidak mengandung khurafat dan takhayul, diminta pertolongannya karena dipandang
sakti, dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, bahwa mereka dapat memberi tahu
berita gaib, apa yang akan terjadi, dan menerima qodo dan qadar. Manusia yang
gaib, luar dari kemampuan ilmu manusia, bila tidak dengan perantraan wahyu dari
Allah. Mengingkari akan adanya berarti tidak percaya akan Al Qur'an. Agama menetapkan
akan adanya, tetapi tidak membawa khurafat dan takhayul.
Kita diperingatkan supaya berlindung kepada
Allah dari kejahatan dan bahaya was-was yang diselipkan kedada manusia oleh jin,
dia selalu menunggu kelemahan jiwa dan iman untuk memasukkan jarum godaan, keraguan
dan kewaswasan, sebab kepada orang yang kuat mereka tidak mampu melakukan gangguan
ataupun godaannya.
Firman Allah :
"Tidak ada bagi kamu kekuasaan untuk
menggoda mereka, serta dapat mengganggu orang yang mengikuti jejak langkah Kami
dari antara orang yang mau sesat ...."
Dan syetan akan membela diri pada hari pembalasan....dan
tidak bagiku sebarang kekuasaan (untuk mereka) hanya aku mengajak kamu, dan kamu
menerima maka jangan menyalahkan aku,salahkan dirimu sendiri.
Diterangkan dalam Hadist, bahwa manusia menerima
dua lammah, yaitu apa yang tergores dalam fikiran atau terkhatar dalam hati, bila
hal itu perkara yang baik, itu adalah dari malaikat, bila ajakan jahat, kejahatan
berwarna kebaikan, itu adalah dari syetan. Bila dari antara jin itu ada yang tidak
tergolong kepada malaikat, maka mereka adalah mahluk Tuhan yang diminta pertanggungan
jawab. Ada yang taat dan ada yang tidak taat tetapi bukan dewa, bukan sesuatu
yang luar biasa kemampuannya, hingga manusia berlindung dari kejahatannya dengan
jimat dan bacaanya. Dalam Al Qur'an dikisahkan, mereka menerangkan keadaan diri
mereka (orang-orang sebelum Islam datang) kata mereka kepada kawan-kawannya, manusia
dijaman itu mempercayai bahwa jin itu mempunyai kekuasaan (shultan) atas manusia,
karenanya mereka minta tolong kepada manusia menggunakan jin sebagai khadam, dan
dapat mendengarkan omongan jin dengan kawannya. Dan karenanya banyak rahasia-rahasia
Tuhan bocor, diterima dari jin, sebab jin berkuasa untuk mengetahui hal-hal yang
gaib dan hal-hal yang akan terjadi, dan akhirnya jin mengatakan : "Dan sesungguhnya
kami(jin) tidak tahu apa yang dikehendaki (Tuhan) apakah keburukan yang ditimpakan
kepada orang yang ada di bumi ini atau sebaliknya, dikehendaki mereka dapat pimpinan".
Jelas jin tidak mengetahui hal-hal yang gaib,
dan orang yang mengaku dapat mengetahui karena diberitahu oleh jin itu, semata-mata
hanya omong kosong. Karenanya tidak mungkin ada manusia yang dapat kawin dengan
jin, akan tetapi dalam kitab-kitab fikih banyak masalah itu sekedar ujian.